Minggu, 16 Juni 2019

Makalah Budidaya Gandum pada umumnya


BAB I

PENDAHULUAN





1.1  Latar Belakang

            Sejarah tanaman gandum di percaya berasal dari daerah yang di sebut sebagai daerah bulan sabit yang subur di barat daya Iran, timur laut Irak, Irak dan Iran (Cook dan Veseth, 1991). Daerah ini sebagian besar memiliki musim dingin yang lembab dan sejuk, serta musim panas yang kering yang segera dapat mematikan tumbuhan ini. Oleh karena itu, gandum lebih berevolusi dan berkembang di daerah subtropis.
Temuan- temuan arkeologi di Mesir, Turki, dan bekas danau Dwellers di Swiss menunjukkan bahwa gandum telah di gunakan sebagai makanan manusia paling tidak sejak 600 tahun yang lalu (Pearson, 1966). Di eropa pada zaman prasejarah, gandum di tanam bersama-sama dengan barli dan einkorn. Di Amerika  tanaman gandum diperkenalkan oleh bangsa Spanyol di Meksiko dan oleh bangsa Inggris di New England dan Virginia (Microsoft Encarta Encyclopedia 99). Karena alasan ini tanaman gandum dapat disebut sebagai tanaman berkategori “lokal” yaitu tanaman daerah yang beriklim dingin atau subtropis.

Gandum (Triticum aestivum L)  termasuk tanaman serealia yang mengandung karbohidrat lebih dari 70% dan merupakan bahan pangan berbasis tepung. Tepung dari bahan baku serealia termasuk gandum mempunyai karakter yang istimewa dibandingkan dengan tepung dari tanaman berpati seperti aneka umbi. Tepung dari komoditas serealia tidak bersifat higrokopis (mudah mengisap dan mengeluarkan uap air) sehingga memiliki daya simpan yang cukup panjang, baik dalam bentuk biji maupun tepung.

Di negara Indonesia sendiri tanaman gandum biasanya hanya sebatas sebagai tanaman yang ditanam di area pegunungan dan dataran tinggi dengan areal yang tak begitu luas. Selain itu, budidaya gandum sendiri sampai saat ini masih dilakukan secara sederhana contohnya jenis padi gogo. Di tempat yang beriklim sedang sendiri, gandum biasanya ditanam saat musim semi dan musim dingin. Tanaman gandum di Indonesia sendiri merupakan jenis gandum yang ditanam di musim semi dan diperkenalkan dari Meksiko, Filipina, dan Jepang.

Masyarakat Indonesia kini semakin familiar dengan makanan sumber karbohidrat yang berbahan dasar gandum, seperti roti dan mie instan. Indonesia bukan merupakan negara penghasil gandum, namun kebutuhan gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hingga saat ini kebutuhan gandum Indonesia masih diimpor dari Amerika dan Australia. Untuk mengurangi impor gandum, perlu diusahakan pengembangan budidaya gandum di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu yang semakin meningkat.

Tanaman gandum juga memiliki keunggulan apabila petani mengembangkan budidaya tanaman gandum ini, yaitu biaya yang dibutuhkan selama proses untuk pemupukan tidak terlalu mahal, bahkan relatif lebih sedikit. Selain itu tanaman gandum lebih tahan terhadap serangan hama burung, karena gandum memiliki gabah yang berduri. Apabila dibandingkan dengan tanaman padi, tanaman gandum lebih mudah dalam proses panen.Mengembangkan budidaya tanaman gandum, sebenarnya bisa saja dilakukan di Indonesia. Hal ini didukung oleh kondisi tanah serta iklim yang sesuai untuk membudidayakan tanaman gandum.

Dalam proses budidaya gandum sama halnya dengan cara membudidayakan padi, bahkan membudidayakan tanaman gandum lebih mudah dibandingkan dengan menanam padi. Oleh karena itu, apabila Anda tertarik untuk membudidayakan tanaman gandum berikut ini merupakan teknis dasar budidaya tanaman padi

 Tanaman gandum pada dasarnya dapat beradaptasi dengan baik di Indonesia, terutama di daerah pada ketinggian 1000- 3000 mdpl dengan pengairan yang baik, tanah lempung berpasir dan daerah arid serta semi arid. Pada ketinggian tersebut sangat sesuai bagi tanaman gandum yang memerlukan suhu rendah untuk proses vernalisasi. Meskipun tanaman gandum mampu memberikan hasil yang tinggi pada daerah ketinggian >1000 mpdl, namun pengembangan gandum pada daerah tersebut akan bersaing dengan tanaman hortikultura (sayuran dan buah-buahan).

Produktivitas gandum di Indonesia masih relative rendah dengan rata- rata hasil sekitar 3 ton/ha, sedangkan produksi gandum dunia dapat mencapai 9 ton/ha. Konsumsi pangan berbasis gandum di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, akibat dari perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat seperti mie, bihun, kue, cornflakes, cococrunch dan lain sebagainya. Hal ini sangat mempengaruhi ketahanan pangan di dalam negeri karena kebutuhan gandum nasional seluruhnya dipenuhi oleh impor.

Pengembangan gandum ditujukan untuk memantapkan daerah – daerah yang sudah biasa menanam gandum, sedangkan daerah bukan baru lebih difokuskan kepada sosialisasi dan demplot – demplot agar petani yang ingin mengembangkan gandum dapat belajar tentang budidaya gandum. Peningkatan areal tanam terus diupayakan melalui pemasyarakatan tanaman gandum kepada petani.



1.2Rumusan Masalah

a.       Bagaimana teknik budidaya tanaman gandum yang baik dan benar ?

b.      Apa saja permasalahan dalam budidaya gandum, serta bagaimana penyelesaiannya?





1.3Tujuan



a.       Mengetahui cara membudidayakan tanaman gandum (Triticum aestivum L) dengan baik dan benar

b.      Mengetahui permasalahan dalam budidaya gandum serta penyelesaiannya





BAB II

 ISI



2.1 Budidaya Tanaman Gandum (Triticum aestivum L)



Gandum dapat tumbuh dengan subur pada keadaan iklim dan tanah tertentu. Tanaman gandum dapat tumbuh optimum pada suhu 20 – 25°C pada ketinggian 800 m dpl. Suhu dingin diperlukan pada awal penanaman dan awal pertumbuhan tanaman gandum. Kelembapan rata – rata tanaman gandum adalah 80 – 90% dengan curah hujan antara 600 – 825 mm/tahun (curah hujan sedang) dan intensitas penyinaran 9 – 12 jam/hari. Jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman gandum adalah tanah andosol kelabu, latosol, dan aluvial dengan suhu tanah 15 – 28°C dan pH rata – rata berkisar 6 – 7.

Gandum lebih cocok ditanami di tanah yang terairi. Tanah subur dengan tekstur sedang hingga kasar. Tanah silt dan clay loams akan menghasilkan panen yang besar, namun gandum juga berkembang biak di sandy loams dan clay soil. Tanah dengan kadar pasir yang tinggi tidak cocok untuk gandum. Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah hara yang diperlukan cukup, tidak ada zat toksik, kelembapan mendekati kapasitas lapang, aerasi tanah baik, dan tidak ada lapisan padat yang menghambat penetrasi akar gandum untuk menyusuri tanah sehingga proses pertumbuhan tanaman lebih optimal.

Tanaman gandum memerlukan proses vernalisasi yaitu suatu perlakuan dengan suhu rendah untuk merangsang tanaman agar dapat berbunga dan menghasilkan biji. Daerah yang bersuhu rendah yang berpotensi untuk pertanaman gandum biasanya terdapat di daratan tinggi pada elevasi lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Adapun teknik budidaya gandum yang baik dan benar, sebagai berikut:



1.    Persiapan Bahan Tanam



Benih yang digunakan hendaknya benih bermutu, hal ini sangat penting disamping untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang. Kebutuhan benih per hektar 100 kg atau sama dengan 1 kg/100 dengan sistem larikan. Jika ditanam dengan sistem tunggal kebutuhan benih bisa kurang dari 100 kg/ha.



Beberapa ciri-ciri benih gandum yang baik dan layak untuk dibudidayakan adalah sebagai berikut;
1).    Benih berasal dari tanaman yang sehat dan bebas penyakit,
2).    Benih berasal dari malai yang matang pada batang utama,
3).    Biji benih memiliki bentuk dan warna yang seragam,
4).    Benih bebas dari hama maupun penyakit, dan
5).    Memiliki bobot yang tinggi dan seragam.



 Benih yang digunakan harus benih bersertifikat dan diberi perlakuan dengan fungisida sebelum ditanam untuk mencegah serangan cendawan dan penyakit yang menyerang benih. Varietas yang ada dan pernah dikembangkan di Indonesia baru beberapa varietas di antaranya Nias, Timor, Selayar, dan Dewata, namun dari ke-4 varietas tersebut yang banyak di tanam oleh petani adalah varietas Selayar dan dewata.



2.      Cara Pengolahan Tanah



Sebelum dilakukan pengolahan tanah perlu dilakukan sanitasi lingkungan, guna membersihkan gulma atau tumbuhan pengganggu lainnya. Apabila banyak gulma dapat disemprot dengan herbisida. Tahap selanjutnya tanah dicangkul sedalam 25 – 30cm. Setelah tanah dicangkul, dibiarkan/ diangin – anginkan selama 7 hari. Tanah harus diolah sempurna yaitu melalui proses pengemburan tanah agar bongkahan tanah menjadi butiran yang lebih halus. Kemudian tanah diangin – anginkan selama 3 hari agar terhindar dari unsur beracun yang mungkin terkandung di tanah.

Pada tanah dengan kesuburan tinggi, tanaman gandum tidak harus diberi pupuk dasar. Tetapi jika budidaya gandum dilakukan pada tanah yang tandus atau kurang subur, pupuk dasar harus diberikan agar tanaman dapat tumbuh optimal. Pemberian pupuk dasar dilakukan bersamaan dengan pembuatan bedengan. Pupuk ditaburkan merata diatas bedengan kemudian diaduk rata atau ditutup tanah dan biarkan 1 – 2 minggu. Jenis pupuk dasar untuk tanaman gandum adalah pupuk kandang/kompos sebanyak 10-25 ton per hektar, TSP/SP36, KCl dan ZA/Urea. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan lahan.



3.      Pembuatan Bedengan



Tanah yang telah diolah atau digemburkan dibuat bedengan selebar 200 cm. Panjang bedengan menyesuaikan dengan kondisi lahan. Dalam pertanaman gandum bedengan sering disebut plot. Di antara plot dibuat selokan selebar 50 cm dan sedalam 25 cm. Tanah dari galian selokan diambil dan ditaburkan di atas bedengan sehingga menambah tinggi bedengan. Permukaan bedengan dihaluskan dan diratakan. Pada setiap bedengan akan terdapat ± 8 barisan tanaman dengan jarak antar baris 25 cm.



4.      Penanaman



Proses penanaman dengan cara dibuat alur/larikan pada bedengan dengan jarak antara 25 cm per baris. Kemudian benih dimasukan dalam alur sedalam 3,5 cm dengan cara seretan secara merata sepanjang alur, dan ditutup dengan tanah yang gembur. Benih yang akan ditanam, disterilkan dulu dari hama dan penyakit lalu rendam dengan ZPT, PGPR dan Tricoderma.



5.      Waktu Tanam



Waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim kemarau dan di akhir musim penghujanan, pada sebagian besar daerah di Pulau Jawa biasanya berada di antara bulan April dan Mei dengan perkiraan curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Namun demikian, ada beberapa daerah yang waktu tanamnya tidak pada bulan tersebut, karena perbedaan musim kemarau dan penghujanan. Waktu tanam harus sangat diperhatikan karena pembungaan tanaman gandum sangat dipengaruhi oleh musim. Pada saat musim dingin (hujan), pembungaan terjadi sangat lambat dan polen bisa mati tercuci air hujan. Oleh karena itu, musim dingin saat pembungaan akan menyebabkan pengisian yang kurang pada tanaman gandum. Karena itulah untuk mencegah terjadinya pembungaan pada musim hujan maka sebaiknya tanaman gandum ditanam pada awal musim kemaeau dan di akhir musim penghujanan.





6.      Cara Bertanam

Dibuat alur/larikan pada bedengan dengan jarak antara 25 cm. Benih yang akan ditanam, dicampur terlebih dahulu dengan. Benih dimasukkan dalam alur sedalam 3,5 cm dengan cara seretan. Ditaburi Furadan ditempat biji dalam alur, kemudian ditutup dengan tanah halus. Pemberian Furadan dimasukan agar benih tidak terjangkit hama dan penyakit.

Pada waktu setelah tanam yang diikuti pemupukan pertama, lahan perlu diairi agar benih berkecambah dan dapat tumbuh dengan baik. Pada waktu tanaman berumur 3 – 0 HST yaitu pada waktu setelah penyiangan dan pemupukan kedua, tanaman perlu diairi agar dapat menyerap pupuk dengan baik. Waktu tanaman berumur 45 – 65 HST yakni pada waktu fase bunting sampai keluar malai, tanaman perlu diairi kembali untuk meningkatkan jumlah bunga dan biji yang dihasilkan. Pada fase pengisisan biji sampai masak (± 70–90 HST) tanaman perlu diairi agar tidak menurunkan berat biji yang dihasilkan.

Gandum dapat tumbuh dengan bantuan irigasi apabila curah hujan sangat minim. Musim kering yang panjang tanpa irigasi akan menurunkan hasil panen. Gandum yang ditanam di daerah panas dan kekurangan air produksinya akan lebih rendah walaupun kualitasnya lebih baik dari pada daerah lembap dan beririgrasi karena penyakit gandum dapat berkembang cepat di daerah panas dan lembab. Irigrasi yang baik sangat potensial untuk meningkatkan produksi gandum, tetapi harus dijaga agar tidak terlalu banyak air. Cukup dengan menggenangi jalur pada peletakan atau dengan tetes (sprinklers), kebutuhan air bagi gandum dapat terpenuhi.



7.      Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebagai salah satu upaya pengendalian kesuburan tanah. Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum tanah atau pada saat tanam sebagi pupuk dasar. Pupuk pertama diberikan TSP dan KC1 serta sebagian pupuk N. Dosis pupuk dapat ditentukan oleh jumlah hara yang tersedia di dalam tanah. Biasanya pupuk organik 10ton/ha, sedangkan pupuk anorganik 120 – 200kg N/ha, P45 – 150kg/ha dan 30 -  70 kg/ha. Pemberian pupuk urea dapat diberikan 2 – 3 kali.

Pemberian I        : Sepertiga bagian bersama dengan pupuk P dan K dalam bentuk pupuk majemuk, guna merangsang perkaran dan pertumbuhan vegetatif.

Pemberian II      : Sepertiga bagian pada saat bertunas sekitae 25 – 30 hari setelah tanam guna merangsang pertunasan untuk menjadi tunas produktif.

Pemberian III     : Sisanya pada saat pembentukan primordia bunga (ketika tanaman tillering, sekitar 9 minggu setelah penanaman) untuk mendorong pembentukan malai, butir gandum dan peningkatan protein, denga cara digarik dalam larikan/lubang diantara tanaman.

Selain pupuk tersebut, pemanfaatan agen biologis seperti Azosprillum dapat juga membantu peningkatan kesuburan tanah dalam bentuk pupuk hayati, karena kemampuannya menambat nitrogen yang juga dibutuhkan oleh tanaman. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan, termasuk beberapa jenis serelia seperti gandum. Selain itu, bakteri Azotobacter juga telah banyak diteliti dapat meningkatkan hasil tanaman setelah diinokulasikan pada tanaman.



8.      Pemeliharaan Tanaman Gandum

·         Pengairan

Jika tidak turun hujan, setelah penanaman benih gandum lahan perlu diairi supaya benih cepat berkecambah dan dapat tumbuh dengan baik. Pengairan berikutnya setidaknya dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sebagai berikut :

a.       Ketika tanaman gandum berumur 1 bulan / 30 hari setelah tanam, dilakukan setelah penyiangan,

b.      Pada saat tanaman berumur 45 – 65 hari setelah tanam, yaitu ketika tanaman gandum memasuki fase bunting hingga keluar malai,

c.       Ketika tanaman gandum berumur 70 – 90 hari setelah tanam, yaitu pada fase pengisian bulir sampai masak.



·         Penyiangan

Penyiangan pada tanaman gandum dilakukan hingga 2 – 3 kali, tergantung kondisi pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi persaingan/perebutan nutrisi antara tanaman dan gulma sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Waktu penyiangan yaitu sebelum pemberian pupuk susulan.

9.      Pemanenan



Tanaman gandum dapat dipanen pada umur 90 – 125 hari setelah tanam (tergantung varietas dan ketinggian tempat budidaya). Ciri-ciri tanaman gandum yang sudah dapat dipanen adalah jika 80% dari rumpun telah bermalai, seluruh bagian tanaman yaitu jerami, batang dan daun telah menguning, dan biji sudah mengeras. Panen gandum dilakukan dengan cara disabit, kemudian malai yang telah dipanen dijemur. Setelah kering bulir gandum dirontokkan menggunakan mesin perontok atau secara manual. Panen gandum sebaiknya dilakukan ketika cuaca cerah. Dalam jumlah besar (skala pabrik) gandum dapat dipanen menggunakan mesin perontok. Dilakuakan pengidentifikasi ciri – ciri fisik maturity (Physical Maturity) sewaktu pemanenan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara visual dengan melihat kekerasan gandum.





10.  Penanganan Pasca Panen

              

Setelah dipanen, hasil panen dapat langsung diolah menjadi bahan yang siap untuk digunakan, maupun disimpan untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama. Gandum bisa diolah sebagai tepung yang  biasa digunakan.



2.2  Permasalahan Budidaya Tanaman Gandum              



Kendala yang sering dialami tanaman gandum di daerah tropis adalah temperatur udara, temperatur tanah, dan kelembapan udara.

Daerah – daerah dengan lingkungan yang memenuhi syarat tumbuh gandum terkonsentrasi pada daratan tinggi yang lebih didominasi oleh tanaman hortikultura dan ini akan menimbulkan kompetisi yang tinggi, apalagi petani relatif belum mengenal tanaman gandum. Selain itu, hambatan juga muncul karena sebagian besar petani belum mengenal budidaya gandum, serta belum ada jaminan pasar untuk produk gandum lokal yang dihasilkan.

Permasalahan yang sering dialami pada budidaya jagung yaitu hasil panen tidak optimal atau gagal panen yang disebabkan serangan penyakit. Adapun penyakit yang sering mengancam tanaman gandum adalah karat dan hawar daun.

Ada juga yang menjadi permasalahan dalam pembudidayaan gandum di Indonesia, yaitu hama pada tanaman gandum. Hama pada tanaman gandum ummnya terbagi menjadi 3yaitu sebagai berikut :



1.      Aphids (kutu daun)

Aphids adalah hama berbadan lunak dan transparan menyerang dengan cara menghisap dan menyebabkan daun berwarna kekuningan dan mati prematur.



2.      Walang Sangit

Walang sangit menyerang jaringan batang dan biji yang sedang tumbuh dengan cara merusak. Bila walang sangit memakan biji selama masak susu maka biji akan rusak, bila menyerang pada perkembangan lanjut akan menyebabkan biji kisut. Bila memakan titik tumbuh menyebabkan tanaman menjadi steril.



3.      Ulat Grayak

Ulat grayak dan ulat penggerek batang menyebabkan kerusakan berat pada areal yang cukup luas. Gejala serangan rusaknya pinggir daun sampai ke bagian tengah daun atau ujung tanaman, larva hama ini dapat merusak bagian leher tanaman bahkan beberapa jenis spesies memakan bagian akar atau bagian dalam akar. Ulat grayak dan ulat penggerek batang menyebabkan kerusakan berat pada areal yang cukup luas.





2.3  Penanganan dan Penyelesaian Masalah



Dalam budidaya tanaman gandum kerap kali terancam berbagai permasalahan yang dapat mengakibatkan gagal panen atau hasil panen yang tidak optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan guna meminimalisir resiko atau permasalahan yang terjadi, yaitu sebagai berikut :



1.      Membuat dan memelihara drainase, tanam ulang, pindah lokasi atau menyesuaikan jadwal tanam berdasarkan gejala/pola curah hujan guna mengantisipasi gagal panen yang disebabkan iklim atau fluktuasi curah hujan.



2.      Pemilihan lokasi dan waktu tanam yang tepat untuk menghindari serangan hama, melakukan penyemprotan insektisida sesuai prinsip 6T (Tepat  Jenis, Sasaran, Waktu, Dosis/Konsentrasi, Cara/Aplikasi, Mutu)



3.      Untuk penanganan serangan penyakit hawar daun dan karat daun yaitu dengan aplikasi Fungisida sesuai prinsip 6T (Tepat  Jenis, Sasaran, Waktu, Dosis/Konsentrasi, Cara/Aplikasi, Mutu)





BAB III

PENUTUP



3.1      Kesimpulan



Budidaya gandum dan Produksi dalam perbanyakan benih memang sangat perlu di terapkan di Indonesia hal tersebut bertujuan  untuk  mengurangi tingkat konsumsi impor gandum yang semakin meningkat di indonesia dan berdampak pada anggaran pendapatan negara  dan juga dapat merusak petani di Indonesia. Maka dari itu juga tak luput dari peran pemerintah untuk memberi kebijakan bahwa pentingnya tanaman gandum di negara kita.

Dalam budidaya gandum diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti bahan tanam (benih yang digunakan hendaknya lebih bermutu), cara pengolahan tanah (dicangkul, digemburkan, diangin – anginkan). Pembuatan bedengan (panjang bedengan menyesuaikan dengan kondisi lahan), penanaman (secara manual maupun dengan mesin pemanen), waktu tanam (pada awal musim kemarau dan di akhir musim penghujanan), cara bertanam (dibuat alur/ larikan pada bedengan, benih dicampur terlebih dahulu dengan dithane, dimasukkan dalam alur sedalam 3,5cm dengan cara seretan, ditaburi furadan ditempat biji dalam alur, ditutup dengan tanah halus), pengairan (pada waktu tanaman berumur 3 – 0 HST, pemupukan kedua dan tanaman berumur 45 – 65 HST), pengendalian gulma (penyiangan dilakukan 2 – 3 kali tergantung banyaknya populasi gulma), pemanenan (menggunakan mesin perontok dalam skala bedar maupun dengan secara manual) dan pasca panen (langsung diolah maupun disimpan).

Tanaman gandum berasal dari daerah subtropis, sehingga untuk dibudidayakan di Indonesia perlu perlakuan khusus, daerah khusus (daerah dataran tinggi) sehingga bersaing dengan tanaman hortikultura yang sudah banyak dibudidayakan di dataran tinggi.



3.2      Saran

Dikarenakan di Indonesia penanaman gandum masih dalam percobaan/ penelitian  maka dalam pemeliharaan khususnya dalam penanganan dan pengendalian hama dan penyakit harus tepat dan lebih intensif lagi agar hasil panen gandum yang didapat maksimal.



  

DAFTAR PUSTAKA




Anonimous, 2012. Permasalahan Serealia (Padi, Jagung, Sorgum, Gandum) di indonesia. Meneg ristek: jakarta

Antara News. 2012. Program Ketahanan Pangan Baru Bertumpu Pada Ketersediaan.http://www.antaranews.com/berita/336182/program-ketahanan-pangan-baru-bertumpu-pada-ketersediaan



Aqil, M., B.P. Marcia dan H. Muslimah. 2011. Inovasi Gandum Adaptif Dataran Rendah. Badan Litbag Pertanian. No 3390. Th XLI.



Deptan. 2012. Program Peningkatan Ketahanan






Dirjen Tanaman Pangan. 2010. Gandum. Dirjen Tanaman Pangan. Jakarta.



Human, Soeranto. 2012. Riset dan Pengembangan Sorgum dan Gandum Untuk Ketahanan Pangan. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta.



Nurmala, T. 2006. Pengembangan Tanaman Gandum (Triticum aestivum) Sebagau Pangan Berbasis Tepung dalam Diversifikasi Pangan. Makalah dalam Rapat Koordinasi Temu Teknis Pengembangan Gandum dan Sorgum 2005 – 2006. Makasar. Sulsel, 9 – 12 Mei 2006.



Pabendon, M.B., Haerrudin, R., dan Hamdan, M. 2009. Kemajuan Pemuliaan Gandum Tropis. Warta Penelitian dan Pengembangan Penelitian Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. Sulawesi Selatan.



Puslitbang Tanaman Pangan. 2008. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Gandum. Bogor.



nuansatani.com/prinsip-6-tepat-penggunaan-pestisida/



Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. Rismunandar. 2003. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo Rismundar. 2003. Penyakit Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo