BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejarah tanaman gandum di percaya berasal dari daerah
yang di sebut sebagai daerah bulan sabit yang subur di barat daya Iran, timur
laut Irak, Irak dan Iran (Cook dan Veseth, 1991). Daerah ini sebagian besar
memiliki musim dingin yang lembab dan sejuk, serta musim panas yang kering yang
segera dapat mematikan tumbuhan ini. Oleh karena itu, gandum lebih berevolusi
dan berkembang di daerah subtropis.
Temuan- temuan arkeologi di Mesir, Turki, dan bekas danau Dwellers di Swiss menunjukkan bahwa gandum telah di gunakan sebagai makanan manusia paling tidak sejak 600 tahun yang lalu (Pearson, 1966). Di eropa pada zaman prasejarah, gandum di tanam bersama-sama dengan barli dan einkorn. Di Amerika tanaman gandum diperkenalkan oleh bangsa Spanyol di Meksiko dan oleh bangsa Inggris di New England dan Virginia (Microsoft Encarta Encyclopedia 99). Karena alasan ini tanaman gandum dapat disebut sebagai tanaman berkategori “lokal” yaitu tanaman daerah yang beriklim dingin atau subtropis.
Temuan- temuan arkeologi di Mesir, Turki, dan bekas danau Dwellers di Swiss menunjukkan bahwa gandum telah di gunakan sebagai makanan manusia paling tidak sejak 600 tahun yang lalu (Pearson, 1966). Di eropa pada zaman prasejarah, gandum di tanam bersama-sama dengan barli dan einkorn. Di Amerika tanaman gandum diperkenalkan oleh bangsa Spanyol di Meksiko dan oleh bangsa Inggris di New England dan Virginia (Microsoft Encarta Encyclopedia 99). Karena alasan ini tanaman gandum dapat disebut sebagai tanaman berkategori “lokal” yaitu tanaman daerah yang beriklim dingin atau subtropis.
Gandum (Triticum aestivum L) termasuk tanaman serealia yang mengandung karbohidrat lebih dari 70% dan merupakan bahan pangan
berbasis tepung. Tepung dari bahan baku serealia termasuk gandum mempunyai
karakter yang istimewa dibandingkan dengan tepung dari tanaman berpati seperti
aneka umbi. Tepung dari komoditas serealia tidak bersifat higrokopis (mudah
mengisap dan mengeluarkan uap air) sehingga memiliki daya simpan yang cukup
panjang, baik dalam bentuk biji maupun tepung.
Di negara Indonesia sendiri tanaman gandum
biasanya hanya sebatas sebagai tanaman yang ditanam di area pegunungan dan
dataran tinggi dengan areal yang tak begitu luas. Selain itu, budidaya
gandum sendiri sampai saat ini masih dilakukan
secara sederhana contohnya jenis padi gogo. Di tempat yang beriklim sedang sendiri, gandum
biasanya ditanam saat musim semi dan musim dingin. Tanaman gandum di Indonesia
sendiri merupakan jenis gandum yang ditanam di musim semi dan diperkenalkan
dari Meksiko, Filipina, dan Jepang.
Masyarakat Indonesia kini semakin familiar
dengan makanan sumber karbohidrat yang berbahan dasar gandum, seperti roti dan
mie instan. Indonesia bukan merupakan negara penghasil gandum, namun kebutuhan
gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hingga saat ini kebutuhan gandum
Indonesia masih diimpor dari Amerika dan Australia. Untuk mengurangi impor
gandum, perlu diusahakan pengembangan budidaya gandum di Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan tepung terigu yang semakin meningkat.
Tanaman
gandum juga memiliki keunggulan apabila petani mengembangkan budidaya tanaman
gandum ini, yaitu biaya yang dibutuhkan selama proses untuk pemupukan tidak
terlalu mahal, bahkan relatif lebih sedikit. Selain itu tanaman gandum lebih
tahan terhadap serangan hama burung, karena gandum memiliki gabah yang berduri.
Apabila dibandingkan dengan tanaman padi, tanaman gandum lebih mudah dalam
proses panen.Mengembangkan budidaya tanaman gandum, sebenarnya bisa saja
dilakukan di Indonesia. Hal ini didukung oleh kondisi tanah serta iklim yang
sesuai untuk membudidayakan tanaman gandum.
Dalam
proses budidaya gandum sama halnya dengan cara membudidayakan padi, bahkan
membudidayakan tanaman gandum lebih mudah dibandingkan dengan menanam padi.
Oleh karena itu, apabila Anda tertarik untuk membudidayakan tanaman gandum
berikut ini merupakan teknis dasar budidaya tanaman padi
Tanaman gandum pada dasarnya dapat beradaptasi
dengan baik di Indonesia, terutama di daerah pada ketinggian 1000- 3000 mdpl
dengan pengairan yang baik, tanah lempung berpasir dan daerah arid serta semi
arid. Pada ketinggian tersebut sangat sesuai bagi tanaman gandum yang
memerlukan suhu rendah untuk proses vernalisasi. Meskipun tanaman gandum mampu
memberikan hasil yang tinggi pada daerah ketinggian >1000 mpdl, namun
pengembangan gandum pada daerah tersebut akan bersaing dengan tanaman
hortikultura (sayuran dan buah-buahan).
Produktivitas
gandum di Indonesia masih relative rendah dengan rata- rata hasil sekitar 3
ton/ha, sedangkan produksi gandum dunia dapat mencapai 9 ton/ha. Konsumsi pangan berbasis gandum di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun, akibat dari perubahan pola konsumsi pangan di
masyarakat seperti mie, bihun, kue, cornflakes, cococrunch dan lain sebagainya.
Hal ini sangat mempengaruhi ketahanan pangan di dalam negeri karena kebutuhan
gandum nasional seluruhnya dipenuhi oleh impor.
Pengembangan gandum ditujukan untuk memantapkan daerah –
daerah yang sudah biasa menanam gandum, sedangkan daerah bukan baru lebih
difokuskan kepada sosialisasi dan demplot – demplot agar petani yang ingin
mengembangkan gandum dapat belajar tentang budidaya gandum. Peningkatan areal
tanam terus diupayakan melalui pemasyarakatan tanaman gandum kepada petani.
1.2Rumusan Masalah
a.
Bagaimana
teknik budidaya tanaman gandum yang baik dan benar ?
b.
Apa
saja permasalahan dalam budidaya gandum, serta bagaimana penyelesaiannya?
1.3Tujuan
a.
Mengetahui cara
membudidayakan tanaman gandum (Triticum
aestivum L) dengan baik dan benar
BAB II
ISI
2.1 Budidaya Tanaman Gandum
(Triticum
aestivum L)
Gandum dapat tumbuh dengan subur pada keadaan iklim dan
tanah tertentu. Tanaman gandum dapat tumbuh optimum pada suhu 20 – 25°C pada
ketinggian 800 m dpl. Suhu dingin diperlukan pada awal penanaman dan awal
pertumbuhan tanaman gandum. Kelembapan rata – rata tanaman gandum adalah 80 –
90% dengan curah hujan antara 600 – 825 mm/tahun (curah hujan sedang) dan
intensitas penyinaran 9 – 12 jam/hari. Jenis tanah yang baik
untuk budidaya tanaman gandum adalah tanah andosol kelabu, latosol, dan aluvial
dengan suhu tanah 15 – 28°C dan pH rata – rata berkisar 6 – 7.
Gandum lebih cocok ditanami di tanah yang terairi. Tanah
subur dengan tekstur sedang hingga kasar. Tanah silt dan clay loams akan
menghasilkan panen yang besar, namun gandum juga berkembang biak di sandy loams
dan clay soil. Tanah dengan kadar pasir yang tinggi tidak cocok untuk gandum.
Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah hara yang
diperlukan cukup, tidak ada zat toksik, kelembapan mendekati kapasitas lapang,
aerasi tanah baik, dan tidak ada lapisan padat yang menghambat penetrasi akar
gandum untuk menyusuri tanah sehingga proses pertumbuhan tanaman lebih optimal.
Tanaman gandum memerlukan proses vernalisasi yaitu suatu
perlakuan dengan suhu rendah untuk merangsang tanaman agar dapat berbunga dan
menghasilkan biji. Daerah yang bersuhu rendah yang berpotensi untuk pertanaman
gandum biasanya terdapat di daratan tinggi pada elevasi lebih dari 1000 meter
di atas permukaan laut.
Adapun teknik budidaya gandum yang baik dan
benar, sebagai berikut:
1. Persiapan Bahan Tanam
Benih yang digunakan hendaknya benih bermutu, hal ini
sangat penting disamping untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga tahan
terhadap hama dan penyakit yang menyerang. Kebutuhan benih per hektar 100 kg
atau sama dengan 1 kg/100 m² dengan sistem larikan. Jika ditanam dengan sistem
tunggal kebutuhan benih bisa kurang dari 100 kg/ha.
Beberapa
ciri-ciri benih gandum yang baik dan layak untuk dibudidayakan adalah sebagai
berikut;
1). Benih berasal dari tanaman yang sehat dan bebas penyakit,
2). Benih berasal dari malai yang matang pada batang utama,
3). Biji benih memiliki bentuk dan warna yang seragam,
4). Benih bebas dari hama maupun penyakit, dan
5). Memiliki bobot yang tinggi dan seragam.
1). Benih berasal dari tanaman yang sehat dan bebas penyakit,
2). Benih berasal dari malai yang matang pada batang utama,
3). Biji benih memiliki bentuk dan warna yang seragam,
4). Benih bebas dari hama maupun penyakit, dan
5). Memiliki bobot yang tinggi dan seragam.
Benih yang
digunakan harus benih bersertifikat dan diberi perlakuan dengan fungisida
sebelum ditanam untuk mencegah serangan cendawan dan penyakit yang menyerang
benih. Varietas yang ada dan pernah dikembangkan di Indonesia
baru beberapa varietas di antaranya Nias, Timor, Selayar, dan Dewata, namun
dari ke-4 varietas tersebut yang banyak di tanam oleh petani adalah varietas
Selayar dan dewata.
2.
Cara Pengolahan Tanah
Sebelum dilakukan pengolahan
tanah perlu dilakukan sanitasi lingkungan, guna membersihkan gulma atau
tumbuhan pengganggu lainnya. Apabila banyak gulma dapat disemprot dengan
herbisida. Tahap selanjutnya tanah dicangkul sedalam
25 – 30cm. Setelah tanah dicangkul, dibiarkan/ diangin – anginkan selama 7
hari. Tanah
harus diolah sempurna yaitu melalui proses pengemburan
tanah agar bongkahan tanah menjadi butiran yang lebih halus. Kemudian tanah
diangin – anginkan selama 3 hari agar terhindar dari unsur beracun yang mungkin
terkandung di tanah.
Pada tanah dengan kesuburan tinggi, tanaman
gandum tidak harus diberi pupuk dasar. Tetapi jika budidaya gandum dilakukan
pada tanah yang tandus atau kurang subur, pupuk dasar harus diberikan agar
tanaman dapat tumbuh optimal. Pemberian pupuk dasar dilakukan bersamaan dengan
pembuatan bedengan. Pupuk ditaburkan merata diatas bedengan kemudian diaduk
rata atau ditutup tanah dan biarkan 1 – 2 minggu. Jenis pupuk dasar untuk
tanaman gandum adalah pupuk kandang/kompos sebanyak 10-25 ton per hektar,
TSP/SP36, KCl dan ZA/Urea. Dosis pupuk disesuaikan dengan keadaan lahan.
3.
Pembuatan Bedengan
Tanah yang telah diolah atau digemburkan dibuat bedengan
selebar 200 cm. Panjang bedengan menyesuaikan dengan kondisi lahan. Dalam pertanaman gandum
bedengan sering disebut plot. Di antara plot
dibuat selokan selebar 50 cm dan sedalam 25 cm. Tanah dari galian selokan
diambil dan ditaburkan di atas bedengan sehingga menambah tinggi
bedengan. Permukaan bedengan dihaluskan dan diratakan. Pada setiap bedengan
akan terdapat ± 8 barisan tanaman dengan jarak antar baris 25 cm.
4.
Penanaman
Proses
penanaman dengan cara dibuat alur/larikan pada bedengan dengan jarak antara 25
cm per baris. Kemudian benih dimasukan dalam alur sedalam 3,5 cm dengan cara
seretan secara merata sepanjang alur, dan ditutup dengan tanah yang gembur.
Benih yang akan ditanam, disterilkan dulu dari hama dan penyakit lalu rendam
dengan ZPT, PGPR dan Tricoderma.
5.
Waktu Tanam
Waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim kemarau dan
di akhir musim penghujanan, pada sebagian besar daerah di Pulau Jawa biasanya
berada di antara bulan April dan Mei dengan perkiraan curah hujan yang tidak
terlalu tinggi. Namun demikian, ada beberapa daerah yang waktu tanamnya tidak pada
bulan tersebut, karena perbedaan musim kemarau dan penghujanan. Waktu tanam
harus sangat diperhatikan karena pembungaan tanaman gandum sangat dipengaruhi
oleh musim. Pada saat musim dingin (hujan), pembungaan terjadi sangat lambat
dan polen bisa mati tercuci air hujan. Oleh karena itu, musim dingin saat
pembungaan akan menyebabkan pengisian yang kurang pada tanaman gandum. Karena
itulah untuk mencegah terjadinya pembungaan pada musim hujan maka sebaiknya
tanaman gandum ditanam pada awal musim kemaeau dan di akhir musim penghujanan.
6.
Cara Bertanam
Dibuat alur/larikan pada bedengan dengan jarak antara 25
cm. Benih yang akan ditanam, dicampur terlebih dahulu dengan. Benih dimasukkan
dalam alur sedalam 3,5 cm dengan cara seretan. Ditaburi Furadan ditempat biji
dalam alur, kemudian ditutup dengan tanah halus. Pemberian Furadan dimasukan
agar benih tidak terjangkit hama dan penyakit.
Pada waktu setelah tanam yang diikuti pemupukan pertama,
lahan perlu diairi agar benih berkecambah dan dapat tumbuh dengan baik. Pada
waktu tanaman berumur 3 – 0 HST yaitu pada waktu setelah penyiangan dan
pemupukan kedua, tanaman perlu diairi agar dapat menyerap pupuk dengan baik.
Waktu tanaman berumur 45 – 65 HST yakni pada waktu fase bunting sampai keluar
malai, tanaman perlu diairi kembali untuk meningkatkan jumlah bunga dan biji
yang dihasilkan. Pada fase pengisisan biji sampai masak (± 70–90 HST) tanaman perlu diairi agar tidak menurunkan berat biji
yang dihasilkan.
Gandum dapat tumbuh dengan bantuan irigasi apabila curah
hujan sangat minim. Musim kering yang panjang tanpa irigasi akan menurunkan
hasil panen. Gandum yang ditanam di daerah panas dan kekurangan air produksinya
akan lebih rendah walaupun kualitasnya lebih baik dari pada daerah lembap dan
beririgrasi karena penyakit gandum dapat berkembang cepat di daerah panas dan
lembab. Irigrasi yang baik sangat potensial untuk meningkatkan produksi gandum,
tetapi harus dijaga agar tidak terlalu banyak air. Cukup dengan menggenangi
jalur pada peletakan atau dengan tetes (sprinklers), kebutuhan air bagi gandum
dapat terpenuhi.
7.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebagai salah satu upaya pengendalian
kesuburan tanah. Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum tanah atau pada saat
tanam sebagi pupuk dasar. Pupuk pertama diberikan TSP dan KC1 serta sebagian
pupuk N. Dosis pupuk dapat ditentukan oleh jumlah hara yang tersedia di dalam
tanah. Biasanya pupuk organik 10ton/ha, sedangkan pupuk anorganik 120 – 200kg
N/ha, P45 – 150kg/ha dan 30 - 70 kg/ha.
Pemberian pupuk urea dapat diberikan 2 – 3 kali.
Pemberian I :
Sepertiga bagian bersama dengan pupuk P dan K dalam bentuk pupuk majemuk, guna
merangsang perkaran dan pertumbuhan vegetatif.
Pemberian II :
Sepertiga bagian pada saat bertunas sekitae 25 – 30 hari setelah tanam guna
merangsang pertunasan untuk menjadi tunas produktif.
Pemberian III :
Sisanya pada saat pembentukan primordia bunga (ketika tanaman tillering,
sekitar 9 minggu setelah penanaman) untuk mendorong pembentukan malai, butir
gandum dan peningkatan protein, denga cara digarik dalam larikan/lubang
diantara tanaman.
Selain pupuk tersebut, pemanfaatan agen biologis seperti
Azosprillum dapat juga membantu peningkatan kesuburan tanah dalam bentuk pupuk
hayati, karena kemampuannya menambat nitrogen yang juga dibutuhkan oleh
tanaman. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis
rerumputan, termasuk beberapa jenis serelia seperti gandum. Selain itu, bakteri
Azotobacter juga telah banyak diteliti dapat meningkatkan hasil tanaman setelah
diinokulasikan pada tanaman.
8. Pemeliharaan Tanaman Gandum
·
Pengairan
Jika
tidak turun hujan, setelah penanaman benih gandum lahan perlu diairi supaya
benih cepat berkecambah dan dapat tumbuh dengan baik. Pengairan berikutnya
setidaknya dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sebagai berikut :
a. Ketika tanaman gandum
berumur 1 bulan / 30 hari setelah tanam, dilakukan setelah penyiangan,
b. Pada saat tanaman berumur
45 – 65 hari setelah tanam, yaitu ketika tanaman gandum memasuki fase bunting
hingga keluar malai,
c. Ketika tanaman gandum
berumur 70 – 90 hari setelah tanam, yaitu pada fase pengisian bulir sampai
masak.
·
Penyiangan
Penyiangan
pada tanaman gandum dilakukan hingga 2 – 3 kali, tergantung kondisi pertumbuhan
gulma. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi persaingan/perebutan nutrisi
antara tanaman dan gulma sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Waktu
penyiangan yaitu sebelum pemberian pupuk susulan.
9.
Pemanenan
Tanaman gandum dapat dipanen pada umur 90 –
125 hari setelah tanam (tergantung varietas dan ketinggian tempat budidaya).
Ciri-ciri tanaman gandum yang sudah dapat dipanen adalah jika 80% dari rumpun
telah bermalai, seluruh bagian tanaman yaitu jerami, batang dan daun telah
menguning, dan biji sudah mengeras. Panen gandum dilakukan dengan cara disabit,
kemudian malai yang telah dipanen dijemur. Setelah kering bulir gandum
dirontokkan menggunakan mesin perontok atau secara manual. Panen gandum
sebaiknya dilakukan ketika cuaca cerah. Dalam jumlah besar
(skala pabrik) gandum dapat dipanen menggunakan mesin perontok. Dilakuakan
pengidentifikasi ciri – ciri fisik maturity (Physical Maturity) sewaktu
pemanenan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara visual dengan melihat kekerasan
gandum.
10. Penanganan Pasca Panen
Setelah dipanen, hasil
panen dapat langsung diolah menjadi bahan yang siap untuk digunakan, maupun
disimpan untuk digunakan dalam jangka waktu yang lama. Gandum bisa diolah
sebagai tepung yang biasa digunakan.
2.2 Permasalahan Budidaya
Tanaman Gandum
Kendala yang sering dialami tanaman gandum di daerah
tropis adalah temperatur udara, temperatur tanah, dan kelembapan udara.
Daerah – daerah dengan lingkungan yang memenuhi syarat
tumbuh gandum terkonsentrasi pada daratan tinggi yang lebih didominasi oleh
tanaman hortikultura dan ini akan menimbulkan kompetisi yang tinggi, apalagi petani
relatif belum mengenal tanaman gandum. Selain itu, hambatan juga muncul karena
sebagian besar petani belum mengenal budidaya gandum, serta belum ada jaminan
pasar untuk produk gandum lokal yang dihasilkan.
Permasalahan
yang sering dialami pada budidaya jagung yaitu hasil panen tidak optimal atau
gagal panen yang disebabkan serangan penyakit. Adapun penyakit yang sering
mengancam tanaman gandum adalah karat dan hawar daun.
Ada juga yang menjadi permasalahan dalam pembudidayaan
gandum di Indonesia, yaitu hama pada tanaman gandum. Hama pada tanaman gandum ummnya terbagi menjadi 3yaitu sebagai berikut :
1.
Aphids (kutu daun)
Aphids adalah hama
berbadan lunak dan transparan menyerang dengan cara menghisap dan menyebabkan
daun berwarna kekuningan dan mati prematur.
2.
Walang Sangit
Walang sangit menyerang
jaringan batang dan biji yang sedang tumbuh dengan cara merusak. Bila walang
sangit memakan biji selama masak susu maka biji akan rusak, bila menyerang pada
perkembangan lanjut akan menyebabkan biji kisut. Bila memakan titik tumbuh
menyebabkan tanaman menjadi steril.
3.
Ulat Grayak
Ulat grayak dan ulat
penggerek batang menyebabkan kerusakan berat pada areal yang cukup luas. Gejala
serangan rusaknya pinggir daun sampai ke bagian tengah daun atau ujung tanaman,
larva hama ini dapat merusak bagian leher tanaman bahkan beberapa jenis spesies
memakan bagian akar atau bagian dalam akar. Ulat grayak dan ulat penggerek
batang menyebabkan kerusakan berat pada areal yang cukup luas.
2.3
Penanganan dan Penyelesaian
Masalah
Dalam budidaya tanaman gandum kerap kali
terancam berbagai permasalahan yang dapat mengakibatkan gagal panen atau hasil
panen yang tidak optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan guna
meminimalisir resiko atau permasalahan yang terjadi, yaitu sebagai berikut :
1. Membuat dan memelihara
drainase, tanam ulang, pindah lokasi atau menyesuaikan jadwal tanam berdasarkan
gejala/pola curah hujan guna mengantisipasi gagal panen yang disebabkan iklim
atau fluktuasi curah hujan.
2. Pemilihan lokasi dan waktu
tanam yang tepat untuk menghindari serangan hama, melakukan penyemprotan
insektisida sesuai prinsip 6T (Tepat
Jenis, Sasaran, Waktu, Dosis/Konsentrasi, Cara/Aplikasi, Mutu)
3. Untuk penanganan serangan
penyakit hawar daun dan karat daun yaitu dengan aplikasi Fungisida sesuai
prinsip 6T (Tepat Jenis, Sasaran, Waktu,
Dosis/Konsentrasi, Cara/Aplikasi, Mutu)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budidaya gandum dan Produksi dalam
perbanyakan benih memang sangat perlu di terapkan di Indonesia hal tersebut bertujuan
untuk mengurangi tingkat konsumsi impor gandum yang semakin meningkat di
indonesia dan berdampak pada anggaran pendapatan negara dan juga dapat
merusak petani di Indonesia. Maka dari itu juga tak luput dari peran pemerintah
untuk memberi kebijakan bahwa pentingnya tanaman gandum di negara kita.
Dalam budidaya gandum diperlukan beberapa hal yang harus
diperhatikan, seperti bahan tanam (benih yang digunakan hendaknya lebih
bermutu), cara pengolahan tanah (dicangkul, digemburkan, diangin – anginkan).
Pembuatan bedengan (panjang bedengan menyesuaikan dengan kondisi lahan),
penanaman (secara manual maupun dengan mesin pemanen), waktu tanam (pada awal
musim kemarau dan di akhir musim penghujanan), cara bertanam (dibuat alur/
larikan pada bedengan, benih dicampur terlebih dahulu dengan dithane,
dimasukkan dalam alur sedalam 3,5cm dengan cara seretan, ditaburi furadan
ditempat biji dalam alur, ditutup dengan tanah halus), pengairan (pada waktu
tanaman berumur 3 – 0 HST, pemupukan kedua dan tanaman berumur 45 – 65 HST),
pengendalian gulma (penyiangan dilakukan 2 – 3 kali tergantung banyaknya
populasi gulma), pemanenan (menggunakan mesin perontok dalam skala bedar maupun
dengan secara manual) dan pasca panen (langsung diolah maupun disimpan).
Tanaman gandum berasal dari daerah subtropis, sehingga
untuk dibudidayakan di Indonesia perlu perlakuan khusus, daerah khusus (daerah
dataran tinggi) sehingga bersaing dengan tanaman hortikultura yang sudah banyak
dibudidayakan di dataran tinggi.
3.2 Saran
Dikarenakan di Indonesia penanaman
gandum masih dalam percobaan/ penelitian maka dalam pemeliharaan khususnya dalam penanganan
dan pengendalian hama dan penyakit harus tepat dan lebih intensif lagi agar hasil panen gandum yang
didapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2012. Permasalahan Serealia (Padi, Jagung,
Sorgum, Gandum) di indonesia. Meneg ristek: jakarta
Antara News. 2012. Program Ketahanan
Pangan Baru Bertumpu Pada
Ketersediaan.http://www.antaranews.com/berita/336182/program-ketahanan-pangan-baru-bertumpu-pada-ketersediaan
Aqil, M., B.P. Marcia dan H. Muslimah. 2011. Inovasi Gandum Adaptif Dataran Rendah. Badan Litbag
Pertanian. No
3390. Th
XLI.
Deptan. 2012. Program Peningkatan Ketahanan
Pangan.http://www.deptan.go.id/daerah_new/ntt/distan_ntt/keg.apbn_files/PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN
PANGAN.htm
Dirjen Tanaman Pangan. 2010. Gandum. Dirjen Tanaman Pangan. Jakarta.
Human, Soeranto. 2012. Riset dan Pengembangan
Sorgum dan Gandum Untuk Ketahanan Pangan. Pusat Aplikasi
Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta.
Nurmala, T. 2006. Pengembangan Tanaman
Gandum (Triticum aestivum) Sebagau Pangan Berbasis Tepung dalam Diversifikasi
Pangan. Makalah dalam Rapat Koordinasi Temu Teknis Pengembangan Gandum dan
Sorgum 2005 – 2006. Makasar. Sulsel, 9 – 12 Mei 2006.
Pabendon, M.B., Haerrudin, R., dan
Hamdan,
M. 2009. Kemajuan Pemuliaan Gandum Tropis. Warta Penelitian
dan Pengembangan Penelitian Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. Sulawesi Selatan.
Puslitbang Tanaman Pangan. 2008. Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Gandum. Bogor.
nuansatani.com/prinsip-6-tepat-penggunaan-pestisida/
Pracaya.
2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta:
Penebar Swadaya. Rismunandar. 2003. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya.
Bandung: Sinar Baru Algensindo Rismundar. 2003. Penyakit Tanaman Pangan dan
Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar